Cerita Dewasa Pengalaman Pribadi Indah Yang menggairahkan
Cerita panas ini mencerita kan tentang cerita dewasa yang sangat hot tentang pengalaman pribadi yang sangat indah.
sudah setengah tahun lamanya aku bertualang di kota “ini”. Tapi belum ada hal-hal istimewa yang membuatku bertahan dengan segala macam problema ini.
Cerita panas ini mencerita kan tentang cerita dewasa yang sangat hot tentang pengalaman pribadi yang sangat indah.
sudah setengah tahun lamanya aku bertualang di kota “ini”. Tapi belum ada hal-hal istimewa yang membuatku bertahan dengan segala macam problema ini.
Sampai pada suatu pagi di pertengahan bulan penghujan, cuaca pagi ini cukup bersahabat dengan mimpi yang tengah menglun dengan indah dalam tidur yang tak tau waktu.
Tiiiiriiiiiiit triiriiiiit..bunyi alarm di handphine ku berdering menandakan belahan bumi yang ku huni telah menunjukkan pukul 06:30 WIB.
Dengan rasa malas yang seperti menahan badanku agar tetap bertahan dalam posisi tidurku.
Ku kumpulkan segala macam kekuatan untuk melawan setan yg seolah menindih tubuhku sehingga terasa berat untuk bangkit.
“selamat pagi dunia, selamat datang hujan,,,huuuft” ku akhiri kalimatku dengan sebuah keluhan.
Ku panaskan air di pemanas air dan segera ku racik kopi hitam kental kesukaanku.
Sambil beranjak ku raih handuk yang ada di kamarku, segera ku buru ke kamar kecil di luar kamarku,,, biasa buang sial dulu. Setelah terasa keluar semua isi makan malamku, ku bersihkan tubuhku dalam guyuran air yang menyegarkan raga.
Selesai mandi ku lihat indikator air panas telah padam menandakan bahwa air telah panas, ku seduh kopi yang telah ku persiapkan tadi. Dengan segelas kopi hitam mantap dan sebatang rokok ku selesaikan rutinitas pagiku. Setelah mempersiapkan segala keperluanku segera ku kunci pintu kamar dan memacu sepeda motorku membelah gerimis yang tak ada tanda akan segera usai.
Sengaja ku ambil jalan pintas agar segera sampai ke kantorku. Sesampainya di kantor segera ku taruh jas hujan yang ku kenakan dan memburu ke kamar kecil, hawa dingin pagi ini membuat kandungan air dalam tubuhku tak bisa dikeluarkan dalam bentuk keringat.
Lega rasanya setelah mengeluarkan hampir sepersepuluh cairan dalam tubuhku. Tanda alam lainnya memanggil ku, cacing di perutku sudah mulai menabuh genderang tanda ingin segera melahap sesuatu, ku lihat jam di tanganku menunjukan pukul 07:40, masih tersisa waktu sepuluh menit lumayan buat sarapan gaya tentara.
Ku telusuri lorong perkantoran itu, tak sampai lima menit sudah sampailah aku pada sebuah rumah makan yang biasa aku menikmati sarapan dan juga makan siang. Ada yang beda di tempat itu, hanya ada seorang siswi mengenakan seragam sekolah lengkap, tak ada pelanggan lainnya. Mungkin karena cuaca sedang hujan makanya pengunjung di rumah makan ini jadi sepi. Setelah ku pesan sarapanku, aku duduk menunggu di meja tepat sebelah anak sekolah tadi. Sebenarnya bukan maksud hati untuk mendekati perempuan itu, tapi memang meja yang pilih berada di pojok jadi lebih nikmat untuk makan. Tak lama berselang hidangan sarapanku pun datang, sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan beberapa potongan bakso dan sosis terlihat menghiasi piringku, berikut segelas teh manis dengan kepulan asap membuat cacing diperutku semakin berteriak tak karuan. Segera ku lahap hidangan yang ada di depanku, setelah hampir separuh isi piring di depanku sudah berpindah dalam ladang cacing kelaparan di perutku, tanpa sengaja ku lihat neja sebelah, piring perempuan itu masih penuh berisi nasi putih terlihat lauknya pun masih utuh tanda belum terjamah oleh perempuan itu. Ku lahap lagi nasi isi yang tersisa dari piringku.
Setelah ku teguk teh hangatku ku sempatkan diri untuk melihat kearah meja perempuan tadi.
Pemandangannya masih sama dengan saat ku lihat tadi, dia belum makan sedikitpun. Dan ketika kulihat perempuan itu, betapa terkejutnyta diriku.
“nangis...ni anak kenapa sih.?” memang tak terlihat dengan jelas air matanya tapi dengan posisi dudukku sekarang aku tau bahwa perempuan itu sedang menangis.
Ku lirik alroji di tranganku, “tinggal lima menit lagi sebelum bel masuk, tapi gak tega juga liat ni anak, se-enggaknya gua harus taulah kenapa dia ampe nangis” bathinku
maka ku beranikan diri untuk duduk satu meja dengan perempuan itu.
“kenapa dek.?” aku membuka pertanyaan
“gak apa-apa kok om” jawabnya, busyet dah. Emang tampang gua udah kayak om om ya..??
“gak apa-apa kok nangis.?” tanyaku lagi
“gak kok om, ini tadi kepedesan aja abis sambelnya pedes banget” jawabnya.
Aah..bohong ni anak. Sambelnya pedes, nasinya aja masih belum kesentuh gitu.
“gak usah bohong, tapi jika adik keberatan memberitahu alasan adik menitikkan air mata gak apa-apa koq, kalau begitu saya pamit. Ini jika adik ada perlu atau apa adik bisa hubungi saya di nomer ini, niat saya hanya MEMBANTU” ku tekankan kata itu seraya memberi dia selembar kartu namaku.
Ku bayar sarapanku berikut sarapan anak perempuan itu yang aku tak tau siapa namanya.
Ngngngngngngngngngng...bel istirahat berkumandang.
Tapi aku masih enggan untuk keluar dari ruangan ini, maklum cuaca di luar sedang mendung. Maka ku putuskan untuk makan di dalam kantor saja, aku turun ke lantai bawah menujuk meja operator telpon, niatku adalah memesan makanan siap saji. Tapi niatku berubah ketika ku lihat di balik pintu kaca kantorku samar-samar terlihat seorang perempuan berseragam sekolah lengkap berteduh dari hujan yang mulai turun.
“hmmmm...anak itu lagi” gumamku
lalu ku hampiri perempuan itu.
“udah pulang sekolah dek” tanyaku mengagetkan dia
“eeh..si om, saya gak sekolah om” jawabnya lirih
“Lho..kenapa gak sekolah..?” tanyaku penasaran
“di usir guru, belum bayar sekolah” jawabnya pelan sekali bahkan hampir tak terdengar, jika bukan karena posisiku yang sangat dekat dengannya.
“sudah makan.?” aku mencoba mengalihkan topik.
Dia hanya menggeleng.
“tunggu bentar ya..” ku ambil ponsel di kantong celanaku, setelah menemukan kontak nomor yang ku cari segera ku tekan tombol penggilan.
“tuuuut tuuuut tuuuut” nada kereta api mulai terdengar di telingaku.
Setelah diangkat oleh seseorang yang ada di sebrang sana segeraku bilang “boss..gua abis istirahat langsung ke lapangan aja ya, gua ada urusan di rumah jadi nanti langsung pulang”, setelah terjadi perdebatan sebentar lalu akhirnya boss ku pun mengizinkan ku.
“yuuk ikut” kataku pada perempuan yang ada disampingku.
“mau kemana om.?” tanyanya sedikit ragu
“udah ikut aja, kita makan dulu sambil ngobrol” jawabku memastikan tujuan kami.
setelah sampai di sebuah rumah makan sederhana, kami pu segera memesan makanan.
Stelah melakukan percakapan yang menguras emosi dan tenaga, aku mendapat banyak informasi dari perempuan itu berikut alasannya mengapa ia menangis tadi pagi.
Namanya dara, sekolah di sebuah smk negri di kota “ini”,ia mengambil jurusan sekertaris, sekarang memasuki tahun ke dua. Dia berasal dari keluarga golongan menengah kebawah. Ia tidak boleh mengikuti ulangan semester jika tidak melunasi pembayaran spp yang sudah ditunggak 4bulan. Tak banyak yang bisa ku lakukan, sebab dari sisi finansial kebutuhanku untuk bulan ini lumayan banyak. Tapi saya berjanji akan membantunya, tak ada maksud yang lain selain niat tulus untuk membantu.
ku parkirkan sepeda motorku di depan sebuah bank swasta. Ku masuki sebuah ajungan tunai mandiri, setelah menarik sejumlah uang tunai ku hampiri dara yang hanya berdiri mematung di dekat sepeda motorku.
“kak gak usah repot-repot kak” katanya ketika jarak kami sudah sangat dekat
“akak gak repot kok, udah terima aja” kataku sembari menyerahkan uang yang seyogyanya akan ku gunakan untuk membeli asesoris motor, tak apalah toh kebutuhanku tak terlalu penting juga.
“kita kemana lagi kak.?” tanyanya setelah ku mulai menghidupkan sepeda motorku
“terserah dara mau kemana.? Apa mau akak anterin pulang” tanyaku
“gak kak..dara pulangnya nanti aja, takut ibu curiga kalau pulang jam segini” jawabnya
“apa mau istirahat di kontrakan akak” kataku memberi saran
dia hanya menganggukkan kepalanya tanda persetujuannya.
Sesampainya di kamar kontrakan segera ku rebahkan badanku ke kasur.
“maaf yah kalau seperti kapal pecah, maklum kamar bujang” kataku setelah sadar bahwa kamarku benar-benar berantakan
tanpa banyak bicara dara mulai membereskan satu per satu pakaianku yang tergeletak tak beraturan di lantai, aku sudah mulai terbawa ke alam mimpi.
Sejam lamanya aku terlelap dalam tidur, ketika kesadaranku berangsur mulai pulih ku lihat di sekeliling kamar. Kemana tu anak, setelah sadar bahwa dara sudah tak ada di kamarku. Ah, mungkin dia sudah pulang. Ketika itu hujan di luar makin menjadi saja, suara gemuruh halilintar terkadar bersahutan. Hawa dingin yang menusuk tulangku memaksaku untuk mengeluarkan sedikit cairan lagi di kamar kecil. Setelah melakukan ritual kecil peregangan otot, segera ku buka aku menuju ke kamar mandi, dan ketika ku buka pintu kamar mandi ASTAGA...ternyata ada dara di dalam hanya mengenakan Cd dan Kutang saja.
Segera ku tutup pintu kamar mandi dan berteriak “maaf ya..akak gak tau”.
“gak apa-apa kok kak, dara kelupaan ngunci pintu, akak gak salah” terdengar suara dari dalam.
Setelah sekitar lima menitan akhirnya dara keluar juga dari kamar mandi, segera ku meminta maaf akan kejadian barusan. Dan beruntung dia memakluminya. Aku bergegas masuk ke kamar mandi karena memang ada keperluan yang tertunda disana.
“dara jangan marah ama kakak ya” ku dekati dia yang sedang asyik menyisir rambutnya yang panjang di depan kaca lemari di kamarku itu.
“dara gak bakal marah kok kak, lagian kakak juga gak sengaja kan” katanya
“eh iya...maaf yah” jawabku sambil garuk-garuk kepalaku walau tidak gatal
“walau sengaja juga dara gak bakal marah kok kak” terdengar samar-samar suaranya..
“iya..tadi dara bilang apa..?” tanyaku karena kurang jelas akan maksud dari kata-katanya tadi.
“eeeh...bukan apa-apa kok kak” jawabnya
hari itu kami menghabiskan waktu dengan bercanda di dalam kamar, tak terasa maghrib sudah menjelang. Kumandang suara adzan terdengar syahdu. Akupun segera mandi karena tidak enak denngan keluarganya jika ku pulangkan dara ke rumah sudah terlalu malam karena biar bagaimanapun dara notabenenya adalah anak sekolah, gak mungkinkan kalau pulang lewat dari jam 8 malam. Selesai mandi kami segera mencari rumah makan terdekat untuk mengisi perut. Selesai makan dara mengucapkan sesuatu yang tak ku duga sebelumnya “kak...dara minep ya malam ini, dara udah izin ke ibu kok” katanya.
Rahang ku terbuka, hampir saja nasi yang ada dalam mulutku keluar semua.
“gak mungkin ibu ngizinin dara minep tempat kakak” kataku
“ya dara bilang minep tempat temen, buat ngerjain pr” katanya
“dara jangan suka bohong deh, lebih baik sekarang dara kakak anterin pulang ya” aku membujuknya agar dia mau pulang. Jujur saja aku takut terjadi apa-apa bila dia bermalam denganku di kamar hanya berdua saja.
“gak kak, ada yang mau dara omongin ke kakak nanti malam, penting” jawabnya
“keras kepala juga ni anak” bathinku, aku tak mungkin lagi bisa mencegahnya lagi
selesai makan malam kami berdua kembali ke kontrakanku, di kamar aku hanya diam.
Dia membuatkan aku kopi panas, sedangkan aku hanya bisa menerka-nerka apa yang hendak dia bicarakan sambil menghisap rokokku.
Malam itu langit mendung. Aku masih asyik dengan handphone di genggamanku. Ku lirik dara yang tiduran di sebelahku juga melakukan hal yang sama. Kopi masih ada setengah gelas lagi tapi perutku sudah berasa kembung. Ku hisap lagi tembakau dari kotak rokokku.
“belum tidur dek?” tanyaku kepada dara yang dari tadi hanya diam.
Dia tersenyum “nunggu kakak deh”.
“gimana sekolahmu tadi?”.
“kan adek..” dia tidak melanjutkan ceritanya.
Aku barus tersadar, dia hari ini tidak masuk sekolah. “oh iya, maaf ya”.
Aku sedikit terkejut ketika dara memelukku dari belakang. “kakak kenapa baik gitu ama dara, padahalkan kita baru kenal?”.
Aku tak dapat menjawab pertanyaannya. Ku lepas pelukannya dan kulihat wajahnya yang mungil. Cantik juga ni anak.
Entah setan darimana yang merasuk ke dalam pikiranku sehingga membuat malam ini terkutuk untukku. Aku tak tau bagaimana awalnya , bibir kami telah menyatu. Sungguh dahsyat ciuman yang diberikan dara kepadaku sampai aku tak mampu mengimbangi permainannya yang semakin panas.
Dasar nafas keretek. Belum sampai lima menit aku sudah kehabisan nafas karena dara. Anak zaman sekarang benar benar gila. Lebih gila lagi orang tua seperti diriku yang bukannya mendidik mereka malah ikut ikutan gila.
Yang namanya setan gak pernah berhenti menggoda manusia. Belum sempat aku mengatur nafasku, dara sudah memberikan serangannya lagi sekarang dengan insentifitas yang lebih tinggi. Terkutuk untukmudara yang telah menjebolkan imanku. Ku dorong dara hingga terjatuh di kasur. Ku pikir dengan begitu dia akan sadar bahwa perbuatannya salah. Ternyata aku yang salah, dia membuka kancing baju seragam yang ia kenakan.
Busyet deh, ni anak makin jadi aja.
Tiga kancing bajunya telah terbuka, memperlihatkan dadanya yang begitu indah. Ia menarik badanku hingga aku terjatuh diatas tubuhnya. Bukan hanya itu kepalaku terjatuh tepat diatas payudaranya.
Aku tak mampu lagi menahan hasrat yang begitu membara.
Daa menekan kepalaku sehingga aku tak dapat bernafas karena hidungku tertutup payudaranya. Aku tak ingin seperti ini. Hati kecilku berontak. Ini salah, benar benar salah. Terkutuk untukku di malam ini.
Aku mencoba bangkit berdiri tapi dara menahanku. Dia menekan kepalaku semakin keras. Aku sudah tak tahan lagi. Aku bangkit sekuat tenaga. Ku gampar pipiku sendiri berulang kali dan ku tinggalkan dara di kasur. Dara hanya terdiam melihat kepergianku.
Aku duduk di serambi depan kontrakanku. Dengan segelas kopi dan rokok yang menemaniku. Aku mencoba mencari bulan disela sela mendung yang semakin tebal.
Lima menitan aku disini, dara keluar dari kamar dan menyapaku “kak, maafin dara ya”.
Aku tersenyum ketus kepadanya. Aku tak mau apa yang aku jaga selama ini dia rusak. Dan aku juga tak mau merusak masa depannya.
Dara duduk disampingu. “kakak marah ya?”.
Aku hanya diam.
Ku pandangi matanya yang penuh penyesalan itu. “jangan lagi ya”.
Dara menganggukkan kepalanya. “dara cuma ingin balas budi ama kakak, kaka terlalu baik ama dara”.
“gak gini caranya dek. Dengan dara dapet nilai bagus. Kakak udah seneng banget kok. Memang sih kakak gak kenal ama dara. Tapi kakak yakin dara anak baik. Jangan ulangin kejadian tadi ya. Dengan kakak ataupun dengan orang lain” aku memohon di depannya.
Kami saling berpelukan. Kali ini tidak seperti tadi,kami hanya berpelukan sesaat.
Ku habiskan kopi buatan dara tadi berikut hisapan terakhir pada rokokku. “tekaran kopinya pas dek”.
Dara hanya tersenyum. Bibirnya benar benar manis dan aku tak mngkin dapat melupakan ciumannya yang begitu dahsyat.
“udah malem. Tidur dulu sana” kataku kemudian.
“kakak?” dia menatapku dalam.
Aku menggeleng “kakak masih ada tugas dari kantor. Mungkin tidur agak lebih malam”.
Dara menuruti peintahku.
Ada beberapa tugas yang belum sempat aku kerjakan. Ku ambil buku laporanku dan mulai mengetik di laptopku. Sesekali ku lirik dara yang sudah terlelap dalam tidurya.
“tak kusangka kauberani senekat itu”.
Satu jam lebih aku baru selelsai dengan semua tugas tugasku.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tapi walau sudah berulang kali aku mencoba memejamkan matahasilnya selalu gagal. Aku tak dapat tidur malam ini. Kejadian barusan seperti menghantuiku.
Tiiiiriiiiiiit triiriiiiit..bunyi alarm di handphine ku berdering menandakan belahan bumi yang ku huni telah menunjukkan pukul 06:30 WIB.
Dengan rasa malas yang seperti menahan badanku agar tetap bertahan dalam posisi tidurku.
Ku kumpulkan segala macam kekuatan untuk melawan setan yg seolah menindih tubuhku sehingga terasa berat untuk bangkit.
“selamat pagi dunia, selamat datang hujan,,,huuuft” ku akhiri kalimatku dengan sebuah keluhan.
Ku panaskan air di pemanas air dan segera ku racik kopi hitam kental kesukaanku.
Sambil beranjak ku raih handuk yang ada di kamarku, segera ku buru ke kamar kecil di luar kamarku,,, biasa buang sial dulu. Setelah terasa keluar semua isi makan malamku, ku bersihkan tubuhku dalam guyuran air yang menyegarkan raga.
Selesai mandi ku lihat indikator air panas telah padam menandakan bahwa air telah panas, ku seduh kopi yang telah ku persiapkan tadi. Dengan segelas kopi hitam mantap dan sebatang rokok ku selesaikan rutinitas pagiku. Setelah mempersiapkan segala keperluanku segera ku kunci pintu kamar dan memacu sepeda motorku membelah gerimis yang tak ada tanda akan segera usai.
Sengaja ku ambil jalan pintas agar segera sampai ke kantorku. Sesampainya di kantor segera ku taruh jas hujan yang ku kenakan dan memburu ke kamar kecil, hawa dingin pagi ini membuat kandungan air dalam tubuhku tak bisa dikeluarkan dalam bentuk keringat.
Lega rasanya setelah mengeluarkan hampir sepersepuluh cairan dalam tubuhku. Tanda alam lainnya memanggil ku, cacing di perutku sudah mulai menabuh genderang tanda ingin segera melahap sesuatu, ku lihat jam di tanganku menunjukan pukul 07:40, masih tersisa waktu sepuluh menit lumayan buat sarapan gaya tentara.
Ku telusuri lorong perkantoran itu, tak sampai lima menit sudah sampailah aku pada sebuah rumah makan yang biasa aku menikmati sarapan dan juga makan siang. Ada yang beda di tempat itu, hanya ada seorang siswi mengenakan seragam sekolah lengkap, tak ada pelanggan lainnya. Mungkin karena cuaca sedang hujan makanya pengunjung di rumah makan ini jadi sepi. Setelah ku pesan sarapanku, aku duduk menunggu di meja tepat sebelah anak sekolah tadi. Sebenarnya bukan maksud hati untuk mendekati perempuan itu, tapi memang meja yang pilih berada di pojok jadi lebih nikmat untuk makan. Tak lama berselang hidangan sarapanku pun datang, sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan beberapa potongan bakso dan sosis terlihat menghiasi piringku, berikut segelas teh manis dengan kepulan asap membuat cacing diperutku semakin berteriak tak karuan. Segera ku lahap hidangan yang ada di depanku, setelah hampir separuh isi piring di depanku sudah berpindah dalam ladang cacing kelaparan di perutku, tanpa sengaja ku lihat neja sebelah, piring perempuan itu masih penuh berisi nasi putih terlihat lauknya pun masih utuh tanda belum terjamah oleh perempuan itu. Ku lahap lagi nasi isi yang tersisa dari piringku.
Setelah ku teguk teh hangatku ku sempatkan diri untuk melihat kearah meja perempuan tadi.
Pemandangannya masih sama dengan saat ku lihat tadi, dia belum makan sedikitpun. Dan ketika kulihat perempuan itu, betapa terkejutnyta diriku.
“nangis...ni anak kenapa sih.?” memang tak terlihat dengan jelas air matanya tapi dengan posisi dudukku sekarang aku tau bahwa perempuan itu sedang menangis.
Ku lirik alroji di tranganku, “tinggal lima menit lagi sebelum bel masuk, tapi gak tega juga liat ni anak, se-enggaknya gua harus taulah kenapa dia ampe nangis” bathinku
maka ku beranikan diri untuk duduk satu meja dengan perempuan itu.
“kenapa dek.?” aku membuka pertanyaan
“gak apa-apa kok om” jawabnya, busyet dah. Emang tampang gua udah kayak om om ya..??
“gak apa-apa kok nangis.?” tanyaku lagi
“gak kok om, ini tadi kepedesan aja abis sambelnya pedes banget” jawabnya.
Aah..bohong ni anak. Sambelnya pedes, nasinya aja masih belum kesentuh gitu.
“gak usah bohong, tapi jika adik keberatan memberitahu alasan adik menitikkan air mata gak apa-apa koq, kalau begitu saya pamit. Ini jika adik ada perlu atau apa adik bisa hubungi saya di nomer ini, niat saya hanya MEMBANTU” ku tekankan kata itu seraya memberi dia selembar kartu namaku.
Ku bayar sarapanku berikut sarapan anak perempuan itu yang aku tak tau siapa namanya.
Ngngngngngngngngngng...bel istirahat berkumandang.
Tapi aku masih enggan untuk keluar dari ruangan ini, maklum cuaca di luar sedang mendung. Maka ku putuskan untuk makan di dalam kantor saja, aku turun ke lantai bawah menujuk meja operator telpon, niatku adalah memesan makanan siap saji. Tapi niatku berubah ketika ku lihat di balik pintu kaca kantorku samar-samar terlihat seorang perempuan berseragam sekolah lengkap berteduh dari hujan yang mulai turun.
“hmmmm...anak itu lagi” gumamku
lalu ku hampiri perempuan itu.
“udah pulang sekolah dek” tanyaku mengagetkan dia
“eeh..si om, saya gak sekolah om” jawabnya lirih
“Lho..kenapa gak sekolah..?” tanyaku penasaran
“di usir guru, belum bayar sekolah” jawabnya pelan sekali bahkan hampir tak terdengar, jika bukan karena posisiku yang sangat dekat dengannya.
“sudah makan.?” aku mencoba mengalihkan topik.
Dia hanya menggeleng.
“tunggu bentar ya..” ku ambil ponsel di kantong celanaku, setelah menemukan kontak nomor yang ku cari segera ku tekan tombol penggilan.
“tuuuut tuuuut tuuuut” nada kereta api mulai terdengar di telingaku.
Setelah diangkat oleh seseorang yang ada di sebrang sana segeraku bilang “boss..gua abis istirahat langsung ke lapangan aja ya, gua ada urusan di rumah jadi nanti langsung pulang”, setelah terjadi perdebatan sebentar lalu akhirnya boss ku pun mengizinkan ku.
“yuuk ikut” kataku pada perempuan yang ada disampingku.
“mau kemana om.?” tanyanya sedikit ragu
“udah ikut aja, kita makan dulu sambil ngobrol” jawabku memastikan tujuan kami.
setelah sampai di sebuah rumah makan sederhana, kami pu segera memesan makanan.
Stelah melakukan percakapan yang menguras emosi dan tenaga, aku mendapat banyak informasi dari perempuan itu berikut alasannya mengapa ia menangis tadi pagi.
Namanya dara, sekolah di sebuah smk negri di kota “ini”,ia mengambil jurusan sekertaris, sekarang memasuki tahun ke dua. Dia berasal dari keluarga golongan menengah kebawah. Ia tidak boleh mengikuti ulangan semester jika tidak melunasi pembayaran spp yang sudah ditunggak 4bulan. Tak banyak yang bisa ku lakukan, sebab dari sisi finansial kebutuhanku untuk bulan ini lumayan banyak. Tapi saya berjanji akan membantunya, tak ada maksud yang lain selain niat tulus untuk membantu.
ku parkirkan sepeda motorku di depan sebuah bank swasta. Ku masuki sebuah ajungan tunai mandiri, setelah menarik sejumlah uang tunai ku hampiri dara yang hanya berdiri mematung di dekat sepeda motorku.
“kak gak usah repot-repot kak” katanya ketika jarak kami sudah sangat dekat
“akak gak repot kok, udah terima aja” kataku sembari menyerahkan uang yang seyogyanya akan ku gunakan untuk membeli asesoris motor, tak apalah toh kebutuhanku tak terlalu penting juga.
“kita kemana lagi kak.?” tanyanya setelah ku mulai menghidupkan sepeda motorku
“terserah dara mau kemana.? Apa mau akak anterin pulang” tanyaku
“gak kak..dara pulangnya nanti aja, takut ibu curiga kalau pulang jam segini” jawabnya
“apa mau istirahat di kontrakan akak” kataku memberi saran
dia hanya menganggukkan kepalanya tanda persetujuannya.
Sesampainya di kamar kontrakan segera ku rebahkan badanku ke kasur.
“maaf yah kalau seperti kapal pecah, maklum kamar bujang” kataku setelah sadar bahwa kamarku benar-benar berantakan
tanpa banyak bicara dara mulai membereskan satu per satu pakaianku yang tergeletak tak beraturan di lantai, aku sudah mulai terbawa ke alam mimpi.
Sejam lamanya aku terlelap dalam tidur, ketika kesadaranku berangsur mulai pulih ku lihat di sekeliling kamar. Kemana tu anak, setelah sadar bahwa dara sudah tak ada di kamarku. Ah, mungkin dia sudah pulang. Ketika itu hujan di luar makin menjadi saja, suara gemuruh halilintar terkadar bersahutan. Hawa dingin yang menusuk tulangku memaksaku untuk mengeluarkan sedikit cairan lagi di kamar kecil. Setelah melakukan ritual kecil peregangan otot, segera ku buka aku menuju ke kamar mandi, dan ketika ku buka pintu kamar mandi ASTAGA...ternyata ada dara di dalam hanya mengenakan Cd dan Kutang saja.
Segera ku tutup pintu kamar mandi dan berteriak “maaf ya..akak gak tau”.
“gak apa-apa kok kak, dara kelupaan ngunci pintu, akak gak salah” terdengar suara dari dalam.
Setelah sekitar lima menitan akhirnya dara keluar juga dari kamar mandi, segera ku meminta maaf akan kejadian barusan. Dan beruntung dia memakluminya. Aku bergegas masuk ke kamar mandi karena memang ada keperluan yang tertunda disana.
“dara jangan marah ama kakak ya” ku dekati dia yang sedang asyik menyisir rambutnya yang panjang di depan kaca lemari di kamarku itu.
“dara gak bakal marah kok kak, lagian kakak juga gak sengaja kan” katanya
“eh iya...maaf yah” jawabku sambil garuk-garuk kepalaku walau tidak gatal
“walau sengaja juga dara gak bakal marah kok kak” terdengar samar-samar suaranya..
“iya..tadi dara bilang apa..?” tanyaku karena kurang jelas akan maksud dari kata-katanya tadi.
“eeeh...bukan apa-apa kok kak” jawabnya
hari itu kami menghabiskan waktu dengan bercanda di dalam kamar, tak terasa maghrib sudah menjelang. Kumandang suara adzan terdengar syahdu. Akupun segera mandi karena tidak enak denngan keluarganya jika ku pulangkan dara ke rumah sudah terlalu malam karena biar bagaimanapun dara notabenenya adalah anak sekolah, gak mungkinkan kalau pulang lewat dari jam 8 malam. Selesai mandi kami segera mencari rumah makan terdekat untuk mengisi perut. Selesai makan dara mengucapkan sesuatu yang tak ku duga sebelumnya “kak...dara minep ya malam ini, dara udah izin ke ibu kok” katanya.
Rahang ku terbuka, hampir saja nasi yang ada dalam mulutku keluar semua.
“gak mungkin ibu ngizinin dara minep tempat kakak” kataku
“ya dara bilang minep tempat temen, buat ngerjain pr” katanya
“dara jangan suka bohong deh, lebih baik sekarang dara kakak anterin pulang ya” aku membujuknya agar dia mau pulang. Jujur saja aku takut terjadi apa-apa bila dia bermalam denganku di kamar hanya berdua saja.
“gak kak, ada yang mau dara omongin ke kakak nanti malam, penting” jawabnya
“keras kepala juga ni anak” bathinku, aku tak mungkin lagi bisa mencegahnya lagi
selesai makan malam kami berdua kembali ke kontrakanku, di kamar aku hanya diam.
Dia membuatkan aku kopi panas, sedangkan aku hanya bisa menerka-nerka apa yang hendak dia bicarakan sambil menghisap rokokku.
Malam itu langit mendung. Aku masih asyik dengan handphone di genggamanku. Ku lirik dara yang tiduran di sebelahku juga melakukan hal yang sama. Kopi masih ada setengah gelas lagi tapi perutku sudah berasa kembung. Ku hisap lagi tembakau dari kotak rokokku.
“belum tidur dek?” tanyaku kepada dara yang dari tadi hanya diam.
Dia tersenyum “nunggu kakak deh”.
“gimana sekolahmu tadi?”.
“kan adek..” dia tidak melanjutkan ceritanya.
Aku barus tersadar, dia hari ini tidak masuk sekolah. “oh iya, maaf ya”.
Aku sedikit terkejut ketika dara memelukku dari belakang. “kakak kenapa baik gitu ama dara, padahalkan kita baru kenal?”.
Aku tak dapat menjawab pertanyaannya. Ku lepas pelukannya dan kulihat wajahnya yang mungil. Cantik juga ni anak.
Entah setan darimana yang merasuk ke dalam pikiranku sehingga membuat malam ini terkutuk untukku. Aku tak tau bagaimana awalnya , bibir kami telah menyatu. Sungguh dahsyat ciuman yang diberikan dara kepadaku sampai aku tak mampu mengimbangi permainannya yang semakin panas.
Dasar nafas keretek. Belum sampai lima menit aku sudah kehabisan nafas karena dara. Anak zaman sekarang benar benar gila. Lebih gila lagi orang tua seperti diriku yang bukannya mendidik mereka malah ikut ikutan gila.
Yang namanya setan gak pernah berhenti menggoda manusia. Belum sempat aku mengatur nafasku, dara sudah memberikan serangannya lagi sekarang dengan insentifitas yang lebih tinggi. Terkutuk untukmudara yang telah menjebolkan imanku. Ku dorong dara hingga terjatuh di kasur. Ku pikir dengan begitu dia akan sadar bahwa perbuatannya salah. Ternyata aku yang salah, dia membuka kancing baju seragam yang ia kenakan.
Busyet deh, ni anak makin jadi aja.
Tiga kancing bajunya telah terbuka, memperlihatkan dadanya yang begitu indah. Ia menarik badanku hingga aku terjatuh diatas tubuhnya. Bukan hanya itu kepalaku terjatuh tepat diatas payudaranya.
Aku tak mampu lagi menahan hasrat yang begitu membara.
Daa menekan kepalaku sehingga aku tak dapat bernafas karena hidungku tertutup payudaranya. Aku tak ingin seperti ini. Hati kecilku berontak. Ini salah, benar benar salah. Terkutuk untukku di malam ini.
Aku mencoba bangkit berdiri tapi dara menahanku. Dia menekan kepalaku semakin keras. Aku sudah tak tahan lagi. Aku bangkit sekuat tenaga. Ku gampar pipiku sendiri berulang kali dan ku tinggalkan dara di kasur. Dara hanya terdiam melihat kepergianku.
Aku duduk di serambi depan kontrakanku. Dengan segelas kopi dan rokok yang menemaniku. Aku mencoba mencari bulan disela sela mendung yang semakin tebal.
Lima menitan aku disini, dara keluar dari kamar dan menyapaku “kak, maafin dara ya”.
Aku tersenyum ketus kepadanya. Aku tak mau apa yang aku jaga selama ini dia rusak. Dan aku juga tak mau merusak masa depannya.
Dara duduk disampingu. “kakak marah ya?”.
Aku hanya diam.
Ku pandangi matanya yang penuh penyesalan itu. “jangan lagi ya”.
Dara menganggukkan kepalanya. “dara cuma ingin balas budi ama kakak, kaka terlalu baik ama dara”.
“gak gini caranya dek. Dengan dara dapet nilai bagus. Kakak udah seneng banget kok. Memang sih kakak gak kenal ama dara. Tapi kakak yakin dara anak baik. Jangan ulangin kejadian tadi ya. Dengan kakak ataupun dengan orang lain” aku memohon di depannya.
Kami saling berpelukan. Kali ini tidak seperti tadi,kami hanya berpelukan sesaat.
Ku habiskan kopi buatan dara tadi berikut hisapan terakhir pada rokokku. “tekaran kopinya pas dek”.
Dara hanya tersenyum. Bibirnya benar benar manis dan aku tak mngkin dapat melupakan ciumannya yang begitu dahsyat.
“udah malem. Tidur dulu sana” kataku kemudian.
“kakak?” dia menatapku dalam.
Aku menggeleng “kakak masih ada tugas dari kantor. Mungkin tidur agak lebih malam”.
Dara menuruti peintahku.
Ada beberapa tugas yang belum sempat aku kerjakan. Ku ambil buku laporanku dan mulai mengetik di laptopku. Sesekali ku lirik dara yang sudah terlelap dalam tidurya.
“tak kusangka kauberani senekat itu”.
Satu jam lebih aku baru selelsai dengan semua tugas tugasku.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, tapi walau sudah berulang kali aku mencoba memejamkan matahasilnya selalu gagal. Aku tak dapat tidur malam ini. Kejadian barusan seperti menghantuiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar