Bab I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Ketergantungan terhadap rokok disinyalir disebabkan oleh zat adiksi (nikotin) yang terkandung pada asap yang keluar saat rokok dibakar atau dikonsumsi. Menghisap asap tembakau mengantarkan nikotin dalam jumlah yang besar kedalam otak secara cepat . World Health Organization dalam buku panduan strategi pengendalian bahaya tembakau (MPOWER) menjelaskan bahwa kematian akibat tembakau diseluruh dunia amat mengejutkan, terdapat 1 kematian tiap 6 detik, 5,4 juta jiwa pada tahun 2005, 100 juta selama abad ke-20 jika dibiarkan 8 juta jiwa pada tahun 2030 dan 1 milyar jiwa selama abad ke 21. Untuk mengatasi epidemi tembakau, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengajak negara anggotanya untuk menerapkan strategi MPOWER. Strategi MPOWER terdiri atas 6 upaya pengendalian bahaya tembakau yang meliputi: Monitor prevalensi penggunaan tembakau dan pencegahannya, perlindungan terhadap asap tembakau, optimalisasi dukungan untuk berhenti merokok, waspadakan masyarakat akan bahaya tembakau, eliminasi iklan, promosi dan sponsor tembakau, serta raih kenaikan cukai tembakau. Berbagai data dan fakta menjelaskan bahwa dampak dari tembakau khususnya rokok sangat merugikan bagi kesehatan tubuh manusia, karena dapat menimbulkan penyakit seperti kanker paru, jantung dan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Seperti perkiraan global, penyebab kematian di Indonesia yang terkait konsumsi tembakau adalah penyakit jantung, stroke, kanker, penyakit pernapasan khususnya chronic obstructive pulmonary (penyakit paru kronik obstruktif).
Abdilah Ahsan dalam bukunya “Ekonomi Tembakau di Indonesia” menjelaskan bahwa ada hubungan antara kesehatan dan produktivitas ekonomi, hal tersebut berdasarkan teori yang menyatakan bahwa kesehatan merupakan bentuk modal sumberdaya manusia 6. Pertama, Individu yang sehat secara fisik maupun kognitif, yang berdampak pada kemampuan bekerja dengan jam kerja yang lebih panjang, lebih sedikitnya hari-hari absent dari pekerjaan karena sakit, dan produktivitas yang lebih tinggi baik ditempat kerja maupun sekolah. Kedua, individu yang sehat memiliki umur harapan hidup yang lebih lama. Hal memberi insentif bagi investasi dibidang kesehatan, pendidikan dan bentuk modal manusia lainnya. Ketiga, Usia hidup yang panjang mengarah pada tingkat tabungan pensiun yang semakin membesar selama masa kerja. Keempat, penduduk yang lebih sehat berdampak pada penurunan jumlah anak yang diinginkan karena mortalitas rendah. Perubahan dari tingkat mortalitas dan fertilitas yang tinggi ketingkat yang rendah mengakibatkan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja–sebagai factor penentu pertumbuhan ekonomi
I.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan rokok dan merokok ?
2) Apa saja yang menjadi etiologi merokok?
3) Bagaimana pathofisiologi merokok?
4) Apa kode ICD untuk penyakit yang dapat muncul dari merokok?
5) Bagaimana latar belakang epidemiologi merokok di benua Asia ?
6) Bagaimana rokok dianggap sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit ?
I.3 Tujuan
1) Mengetahui serta memahami apa yang dimaksud dengan rokok dan merokok
2) Mengetahui serta memahami mengapa apa saja yang menjadi etiologi merokok
3) Mengetahui serta memahami bagaimana pathofisiologi merokok
4) Mengetahui serta memahami apa kode ICD untuk penyakit yang dapat muncul dari merokok
5) Mengetahui serta memahami bagaimana latar belakang epidemiologi merokok di benua Asia
6) Mengetahui serta memahami bagaimana rokok dianggap sebagai faktor resiko dari beberapa penyakit
7) Mengetahui serta memahami upaya apa yang dilakukan untuk mencegah tindakan merokok terutama di benua Asia
Bab II
Pembahasan
II.1 Pengertian, Etiologi, Pathofisiologi dan Kode ICD Merokok
A. Pengertian Merokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung (walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung,penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema.
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada rokok.
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan tar dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
· Rokok Putihadalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
· Rokok Kretekadalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
· Rokok Klembak adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
· Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
· Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
Sigaret Kretek Mesin sendiri dapat dikategorikan kedalam 2 bagian :
1. Sigaret Kretek Mesin Full Flavor (SKM FF): rokok yang dalam proses pembuatannya ditambahkan aroma rasa yang khas. Contoh: Gudang Garam International, Djarum Super dan lain-lain.
2. Sigaret Kretek Mesin Light Mild (SKM LM): rokok mesin yang menggunakan kandungan tar dan nikotin yang rendah. Rokok jenis ini jarang menggunakan aroma yang khas. Contoh: A Mild, Clas Mild, Star Mild, U Mild, L.A. Lights, Surya Slims dan lain-lain.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
Dilihat dari komposisinya :
1. Bidis: Tembakau yang digulung dengan daun temburni kering dan diikat dengan benang.Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi daripada rokok buatan pabrik. Biasaditemukan di Asia Tenggara dan India.
2. Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun tembakau. Adaberbagai jenis yang berbeda di tiap negara. Yang terkenal dari Havana, Kuba.
3. Kretek: Campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek mati rasa dan sakit saluran pernapasan. Jenis ini paling berkembang dan banyak di Indonesia.
4. Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa digunakan di AsiaTenggara dan India. Bahkan 56 persen perempuan India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan antara pipi dan gusi, dan tembakau kering yang diisap denganhidung atau mulut.
5. Shisha atau hubbly bubbly: Jenis tembakau dari buah-buahan atau rasa buah-buahanyang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya digunakan di Afrika Utara, TimurTengah, dan beberapa tempat di Asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.
· Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik.
· Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.
· Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
· Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
· Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
Ada dua tipe-tipe merokok yang di kenal, yaitu :
· Tipe pasif adalah orang yang tidak merokok akan tetapi selalu berada dalam lingkungan atau ruangan yang di cemari oleh asap rokok
· Tipe aktif adalah orang yang telah melakukan kebisaan merokok sehingga dapat selalu terancan oloh bahaya yang di timbulkan oleh asap rokok yang di hirupnya.
B. Etiologi Merokok
Hampir semua orang mengetahui bahwa merokok dapat mengancam kesehatannya tapi masih banyak orang yang acuh tak acuh dan mengabaikan ancaman kesehatannya. Perilaku merokok lebih banyak di lakukan oleh lelaki dari pada perempuan.
Menurut Sarafino, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga, yaitu faktor sosial, psikologi, dan genetik. Ketiga faktor inilah yang bisa berdiri sendiri ataupun saling mempengaruhi faktor lainnya, sehingga menyebabkan seseorang berprilaku merokok.
a. Faktor Sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Makanya, ada saling ketergantungan atau tidak bisa hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau memiliki dorongan sosial. Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Dalam interaksi sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain ataupun sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya.
Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau lingkungan. Terkait itu, kita tentu telah mengetahui bahwa karakter seseorang banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, ataupun teman pergaulan. Bersosialisasi merupakan cara utama pada anak-anak dan remaja untuk mencari jati diri mereka. Biasanya, mereka memperhatikan tindakan orang lain, dan kadangkala mencoba untuk meniru perlakuannya. Hal ini sebagai suatu proses yang terjadi pada remaja untuk mencari jati diri dan belajar menjalani hidup. Namun, sangat disayangkan karena tidak hanya kebiasaan-kebiasaan yang baik saja yang ditiru, melainkan juga kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan merokok.
Jika seseorang yang bukan perokok ternyata hidup atau bekerja dengan seorang perokok, maka ia akan terpengaruh secara otomatis. Boleh jadi, yang bukan perokok mulai mencoba merokok, dan mungkin juga sebaliknya, yakni perokok mengurangi konsumsi rokok. Disadari maupun tidak, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, semakin besar juga kemungkinan teman-temannya sebagai perokok. Demikian pula sebaliknya. Dari fakta tersebut, ada kemungkinan bahwa remaja itu terpengaruh oleh teman-temannya yang merokok, sehingga semuanya menjadi perokok. Di antara remaja perokok terdapat 87% yang mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok. Begitu pula dengan remaja nonperokok.
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif, yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama sebaik-baiknya dengan tujuan jangka panjang lebih sulit terlibat dengan rokok, tembakau, atau obat-obatan dibandingkan keluarga yang permisif dengan penekankan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Dan, yang paling kuat pengaruhnya, yakni bila orang tua menjadi figur teladan, misalnya sebagai perokok berat, maka anak-anaknya sangat mungkin menirunya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada orang-orang yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka yang menjadi perokok ketimbang sang ayah. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
b. Faktor Psikologi
Ada beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu demi relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan psikologis dengan rokok dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai alat keseimbangan.
Berhenti merokok bukan sesederhana seperti mengganti rokok dengan yang lain, namun lebih dari itu. Sungguh, berhenti merokok akan menyentuh aspek kejiwaan yang sangat mendasar, yang mungkin selama ini telah memberikan ketenangan, mengurangi ketegangan, mengatasi kegelisahan, mengalihkan pikiran, dan lain-lain.
· Ketagihan
- Adanya rasa ingin merokok yang menggebu.
- Merasa tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok.
- Merasa tidak tahan bila kehabisan rokok.
- Sebagian kenikmatan merokok terjadi saat menyalakan rokok.
- Kesemutan di lengan dan kaki.
- Berkeringat dan gemetar (adanya penyesuaian tubuh terhadap hilangnya nikotin).
- Gelisah, susah konsentrasi, sulit tidur, lelah, dan pusing.
· Kebutuhan Mental
- Merokok merupakan hal yang paling nikmat dalam kehidupan.
- Ada dorongan kebutuhan merokok yang kuat ketika tidak merokok.
- Merasa lebih berkonsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok.
- Merasa lebih rileks dengan merokok.
- Keinganan untuk merokok saat menghadapi masalah.
· Kebiasaan
- Merasa kehilangan benda yang bisa dimainkan di tangan.
- Kadang-kadang menyalakan rokok tanpa sadar.
- Kebiasaan merokok sesudah makan.
- Menikmati rokok sambil minum kopi.
c. Faktor Genetik
Faktor genetik dapat menjadikan seseorang tergantung pada rokok. Faktor genetik atau biologis ini dipengaruhi juga oleh faktor-faktor yang lain, seperti faktor sosial dan psikologi. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan seseorang merokok adalah pengaruh iklan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja sering kali terpicu untuk meniru perilaku dalam iklan tersebut.
Sekali terjerat rokok, maka akan susah melepaskannya. Sementara itu, bahan berbahaya (sekitar 4000 bahan kimia berbentuk padat, seperti tar, nikotin, dan gas, misalnya karbon monoksida/CO) terus tertimbun di dalam tubuh. Rokok adalah “bom waktu”. Kini, mantapkan tekad untuk berhenti merokok, perkuat rasa percaya diri, dan siap bersabar.
Tahapan Merokok
Menurut Laventhal dan Clearly, ada empat tahap dalam perilaku merokok. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, ataupun hasil membaca, sehingga menimbulkan niat untuk merokok.
2. Tahap Initation (Tahap Perintisan Merokok)
Tahap perintisan merokok yaitu tahap keputusan seseorang untuk meneruskan atau berhenti dari perilaku merokok.
3. Tahap Becoming a Smoker
Pada tahap ini, seseorang yang telah mengonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari cenderung menjadi perokok.
4. Tahap Maintaning of Smoking
Pada tahap ini, merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek yang menyenangkan.
C. Pathofisiologi Merokok
· Dampak Buruk dari Asap Rokok
- Lebih sering mendapat pneumonia dan berbagai penyakit paru yang akut lainnya
- Lebih sering mendapat serangan asma,bahkan jauh kebih berat
- Lebih sering terkena gangguan/infeksi pada telinga
- Lebih sering terjadi oprasi amandel
· Penyakit yang Berhubungan dengan Dampak Merokok
- Penyakit yang menyerang hati dan organ sirkulasi, seperti :
a) Penyempitan pembuluh darah koroner (nyeri dada yang sangat), penggumpalan hati dan kematian yang tiba-tiba
b) Pembekuan pembuluh darah pada otak
c) Gangguan sirkulasi darah pada anggota tubuh yang mengakibatkan pembekuan serta ampitasi pada betis atau gargarina
- Penyakit yangmenyerang organ pernapasan, seperti :
a) Kanker paru-paru
b) Kanker tenggorokan
c) Radang tenggorokan yang akut
d) Radang rongga hidung dan alergi pada hidung
e) Asma dan berbagai macam bentuk alergi
· Efek Racun dari Rokok
- Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko, seperti :
a) Dapat menderita kanker mulut, kanker paru-paru dan tenggorokan
b) Menderita kanker Esophagus
c) Kanker kandung kemih
d) Serangan jantung
- Efek racun terhadap istri perokok , seperti :
a) Melahirkan bayi yang kurang berat badan
b) Melahirkan bayi yang tidak cukup bulan
c) Mengakibatkan mengurangi ke suburan dan mempercepat terhentinya haid
D. Kode ICD Merokok
International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems revisi ke 10 atau disingkat dengan ICD-10 buku ini di Indonesiadikenal dengan nama Klasifikasi Internasional Penyakit revisi ke 10 disingkat sebagai KIP/10 adalah buku mengenai pengkodean atas penyakit dan tanda-tanda, gejala, temuan-temuan yang abnormal, keluhan, keadaan sosial dan eksternal menyebabkan cedera atau penyakit, seperti yang diklasifikasikan olehWorld Health Organization (WHO). Dalam pengkodean ini menetapkan lebih dari 155.000 memungkinkan berbagai kode dan memungkinkan yang banyak berasal dari pelacakan diagnosis dan prosedur baru dengan perluasan yang signifikan pada kode-kode yang telah tersedia 17.000 pengkodean pada ICD-9 dan ICD-10 mulai bekerja dari tahun 1983 dan dapat diselesaikan pada tahun 1992.
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, dan kode ICD untuk penyakit pada sistem pernapasan terdapat di Bab X Blok J00-J99.
II.2 Latar Belakang Epidemiologi
A. Besar Kejadian Perokok di Kawasan Benua Asia
Selain AIDS maka rokok boleh dikatakan sudah mencapai tingkat pandemitas. Merokok sudah (a) menjalari seluruh penduduk dunia dengan (b) prevalensi yang cukup tinggi, ditambah dengan, (c) kecenderungan peningkatan penggunaannya, terutama di negara-negara berkembang.
Negara yang paling menonjol dalam hal merokok adalah Cina dimana:
- Prevalensi pemakai/perokok yang tinggi dan merata ke seluruh negara.
- Jenis rokok yang dipakai, kebanyakan kretek
- Tampak merupakan bagian budaya/kehidupan masyarakat karena menjadi ‘hobbi’ semua orang, terutama lelaki (61% dari penduduknya).
Tanda-tanda pandemitas secara rinci dapat dituliskan sebagai berikut:
· Diperkirakan sejumlah 1,1 miliar perokok dunia berumur 15 tahun ke atas, sepertiga dari total penduduk dunia.
· 800 juta perokok berada di negara-negara sedang berkembang, didominasi oleh kaum lelaki (700 juta), dan terutama di Asia.
· Peningkatan konsumsi rokok yang sudah mencapai 7 juta ton, dengan penigkatan 1,4% per tahun. Rata-rata rokok yang diisap per hari 24gr/hari di negara-negara maju dan 14gr/hari di negara-negara sedang berkembang.
· Menjelang tahun 2020 kematian yang disebabkan oleh rokok akan meningkat sampai 10 juta, dimana 70% terjadi di negara-negara berkembang.
Laporan WHO pada tahun 2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini, Indonesia adalah Negara terbesar ketiga pengguna rokok setelah Cina dan India. Pada tahun 1995-2004, konsumsi rokok di kalangan remaja meningkat 144%. Selain itu, lebih dari 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung risiko berbagai penyakit akibat asap rokok.
Sebagian besar anak Indonesia hingga kini masih terpapar asap rokok dan promosi industry rokok. Fakta itu terungkap dari hasil riset kuantitatif tentang persepsi dan perilaku merokok yang dilakukan, yakni “Koalisi untuk Indonesia Sehat (KUIS)” terhadap 3.040 responden perempuan berusia 13-25 tahun di DKI Jakarta dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada Oktober-Desember 2007. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa 51,67% responden usia 13015 tahun kadang mendapati orang lain merokok di rumah saat mereka sedang berada di rumah. Sebanyak 26,13% anak yang menjadi responden menyatakan sering kali menjumpai orang lain merokok di rumah saat mereka berada di rumah. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, yakini biasanya perokok kurang peduli terhadap dampak paparan asap rokokbagi kesehatan anak.
Dengan demikian, pengamanan rokok bagi kesehatan perlu dilaksanakan dengan pemberian informasi tentang kandungan kadar nikotin dan tar dalam setiap batang rokok, pencantuman peringatan pada label, pengaturan produksi dan penjualan rokok, serta periklanan dan promosi rokok. Selain itu, perlu ditetapkan pula kawasan tanpa rokok ditempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, serta tempat ibadah dan angkutan umum.
B. Variasi Tingkat Perokok
Merokok merupakan masalah global. Diperkirakan satu dari tiga orang dewasa merokok, dengan jumlah perokok lebih dari 1 milyar orang di seluruh dunia.
Mayoritas (sekitar 80%) perokok hidup di negara berpendapatan rendah. Jumlah perokok di seluruh dunia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun.
Berikut adalah beberapa fakta tentang tembakau dan rokok:
1. Eropa Timur memiliki jumlah perokok tinggi hingga 59% dari pria dewasa. Selain itu, perempuan di Eropa Timur juga lebih banyak merokok dibanding wanita di Asia dan Pasifik.
2. Kebanyakan orang merokok sebelum berumur 25 tahun. Banyak perokok yang memulai kebiasaan buruk ini saat mereka masih remaja.
3. Studi menunjukkan bahwa populasi perokok secara signifikan lebih tinggi di antara orang-orang dengan 9-11 tahun pendidikan (35,4%) dibandingkan dengan mereka yang memiliki lebih dari 16 tahun pendidikan (11,6%).
4. Terlihat ada korelasi antara standar hidup suatu negara, tingkat pendidikan, dan pendapatan dengan jumlah perokok. Semakin rendah pendidikan dan pendapatan jumlah perokok cenderung lebih banyak.
5. Orang-orang yang hidup di bawah tingkat kemiskinan (33,3%) jauh lebih mungkin untuk merokok.
6. 1 dari setiap 5 lima kematian disebabkan oleh tembakau
7. Rokok bertanggung jawab untuk sekitar 25% dari kematian akibat kebakaran perumahan, menyebabkan hampir 1.000 kematian yang berkaitan dengan api dan 3.300 luka-luka setiap tahun.
8. Tembakau menjadi penyebab untuk banyak penyakit jantung dan paru-paru serius.
9. Nikotin dan tembakau termasuk karsinogen yang paling kuat dan bertanggung jawab atas sebagian besar kanker paru-paru, laring, trakea, esofagus dan bronkus.
10. Merokok dikenal memicu kanker di kandung kemih, ginjal, pankreas, dan leher rahim
11. Karena tembakau mengurangi aliran darah, kecanduan nikotin terbukti menyebabkan impotensi.
12.Merokok meningkatkan risiko penyakit pernafasan. Hal ini bisa mengakibatkan penyakit paru obstruktif kronik dan pneumonia.
13. Anak-anak dan remaja perokok aktif berpeluang memiliki penyakit pernafasan saat mereka dewasa
14. Merokok selama kehamilan meningkatkan risiko keguguran dan cacat pada janin. Merokok juga menyebabkan sekitar 5-6% dari kematian prenatal, 17-26% berat lahir rendah, dan 7-10% kelahiran prematur.
15. Umur usia merokok makin muda. Semua umur bisa merokok, namun tidak ada bayi yang lahir dengan merokok. Ditemukan sekitar 30% perokok di AS adalah golongan usia di bawah 20 tahun. Di Indonesia, kepulan asapa bukanlah hal yang langka di temukan di sekolah menengah. Dan ternyata, makin awal seorang perokok makin sulit untuk berhenti merokok kelak. Rokokjuga puny dose-response effect, artinya makin muda usia rokok, akan makin besar pengaruhnya.
16. Semakin banyak wanita merokok. Pada negara berkembang sekitar 48% perokok. Tampak kaum lelaki perokok menurun tetapi tempatnya diambil alih oleh wanita. Masalah rokok untuk wanita ini menjadi lebih serius jika dikaitkan dengan kehamilan dan reproduktivitas. Pengaruh rokok terhadap kehamilan berupa abortus spontan, kelahiran prematur, berat badan bayi rendah dan kematian perinatal.
C. Perbandingan Perokok di Kawasan Benua Asia dengan Negara Lain
Sejauh ini, tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di dunia. Tembakau menyebabkan 1 dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia, dan mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006. Ini berarti bahwa rata-rata ada 1 kematian setiap 6,5 detik. Kematian pada tahun 2020 akan mendekati 2 kali jumlah kematian saat ini, jika kebiasaan konsumsi rokok sekarang terus berlanjut.
Diperkirakan bahwa 900 juta (84%) perokok sedunia hidup di Negara-negara berkembang atau transisi ekonomi, termasuk Indonesia. The Tobacco Atlas mencatat adanya lebih dari 10 juta batang rokok diisap setiap menit, tiap hari, di seluruh dunia oleh 1 miliar laki-laki dan 250 juta perempuan. Sebanyak 50% total konsumsi rokok dunia dimiliki oleh Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Indonesia. Bilan kondisi ini terus berlanjut, jumlah total rokok yang diisap tiap tahun adalah 9.000 triliun rokok pada tahun 2025. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa.
Penggunaan tembakau memiliki prevalensi yang tinggi di beberapa Negara. Pada tahun 2005, 22% orang dewasa telah telah mengonsumsi tembakau. Perbandingannya ialah 36% dari pria merokok terhadap 8% wanita. Lebih dari 1/3 pria dewasa dan wanita di Eropa Timur dan Tengah telah mengonsumsi tembakau. Bahkan prevalensi orang dewasa merokokjuga sangat tinggi di Asia Tenggara dan Eropa bagian Utara dan Barat. Tetapi 2/3 dari perokok di dunia justru hidup di 10 negara yaitu Bangladesh, Brazil, Cina, Germany, India, Indonesia, Japan, the Russian Federation, Turkey, dan the United States, yang memiliki perbandingan 58% dari populasi global.
D. Studi yang Digunakan untuk Meneliti Kejadian Merokok
Studi yang paling sering sigunakan untuk meneliti masalah rokok adalah studi case control. Dimana studi case control sendiri merupakan rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Karakteristik dari studi case control sendiri, yaitu :
1. Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif
2. Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol
3. Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan sebab-akibat
4. Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik
E. Morbiditas dan Mortalitas untuk Mencegah Tindakan Merokok
Kita bisa melihat bahwa banyak sekali masalah kesehatan yang timbul dari rokok. Tetapi tiga penyakit terbanyak akibat rokok adalah jantung koroner, penyempitan saluran napas atau PPOK dan kanker paru. Tiga penyakit ini selalu menempati urutan teratas sebagai penyakit yang dikaitkan dengan rokok dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas tinggi. Kanker terbanyak akibat rokok adalah kanker paru. Data menunjukkan 9 dari 10 penderita kanker paru adalah perokok.
II.3 Merokok Dianggap sebagai Faktor Resiko
Penyakit dimana rokok dianggap sebagai faktor risiko penting:
1. Batuk menahun
2. Penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif menahun (PPOM), bronchitis, dan empisema.
3. Ulkus peptikum
4. Infertility
5. Gangguan kehamilan, bisa juga berupa keguguran, kehamilan luar rahim.
6. Artherosklerosis sampai penyakit jantung koroner.
7. Beberapa jenis kanker seperti kanker mulut, kanker paru, kanker system pernapasan lainnya. Juga kanker kandung kemih, pancreas, atau ginjal.
Yang baru ditemukan adalah rokok mempertinggi kerentanan dan mempercepat seseorang mendapat AIDS, misalnya yang seharusnya menderita AIDS dalam setahun, karena merokok, AIDS akan datang dalam setengah tahun.
II.4 Upaya Pencegahan Merokok dan Bagaimana Usaha di Benua Asia
Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah banyaknya individu dari rokok. Upaya tersebut yaitu :
1. Membatasi tayangan iklan rokok
2. Membatasi untuk memberi dana pada kegiatan yang berkaitan dengan anak muda
3. Juga menuntut kenaikan pajak rokok sampai dengan 60% (untuk memperkecil peluang membeli rokok)
4. Meningkatkan penelitian dalam bidang kesehatan
Kebiasaan merokok berhubungan dengan 25 penyakit di tubuh manusia, salah satu diantaranya adalah asma (asthma bronchiale). Dalam key note speach pada Workshop & Launching Pedoman Nasional Asma DAI 2011, Minggu pagi kemarin (3 Juli 2011) di Jakarta, saya menyampaikan bahwa berdasar data Riskesdas 2010 maka prevalensi merokok pada usia > 15 tahun adalah 34,7%, terendah di Sulawesi Tenggara 28,3% dan tertinggi di Kalimantan Tengah 43,2%. Kalau dipisahkan berdasar jenis kelamin maka perokok pria >15 tahun adalah 65,9 % dan perokok perempuan >15 tahun adalah 4,2 %.
Berbagai upaya telah dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat akibat rokok. Fokus kebijakan diarahkan pada perlindungan masyarakat akibat konsumsi rokok dan asap rokok orang lain, terutama pada anak-anak dan remaja, pada perempuan dan kemiskinan akibat konsumsi rokok.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mengurangi prevalensi merokok di Indonesia yang notabene merupakan negara yang berada di kawasan benua Asia antara lain :
· Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) melalui media masa, antara lain : melalui leaflet, poster, seminar, talkshow, workshop, filler TV, dan lain-lain yang secara teratur melaksanakan kampanye Hari Tanpa Tembakau Sedunia.
· Melaksanakan jejaring kerja dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat dalam pengendalian tembakau.
· Mengembangkan kawasan tanpa rokok di berbagai daerah, untuk melindungi masyarat dari bahaya rokok, sampai saat ini telah ada 25 kabupaten/kota yang memiliki kebijakan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok.
· Melaksanakan berbagai capacity building tingkat nasional dan lokal mengenai pengendalian tembakau, round table diskusi yang menghasilkan deklarasi perlindungan anak dari bahaya rokok, seminar, talkshow, dan lain-lain.
· Menyusun dan memproses Peraturan Pemerintah (RPP) tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan, sesuai dengan pasal 113 dan 116 Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
· Mengembangkan strategi nasional pengendalian tembakau yang komprehensif.
· Membuat baseline data prevalensi rokok serta melakukan pemantauan prevalensi dan kecenderungan konsumsi tembakau di masyarakat dengan berbagai survei, seperti RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar), Susenas, survey lain seperti Global Youth Tobacco Survey, Global Adult Tobacco Survey, dan lain-lain dan membuat sistim informasi untuk memonitor masalah kesehatan akibat tembakau atau rokok ini.
Bab III
Penutup
III.1 Kesimpulan
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan tar dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi tindakan merokok, yaitu :
1. Faktor sosial
2. Faktor psikologis
3. Faktor genetik
Merokok adalah suatu kegiatan membakar tembakau dan tar dan menghisap asap yang dihasilkannya.
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan, dan kode ICD untuk penyakit pada sistem pernapasan terdapat di Bab X Blok J00-J99.
Laporan WHO pada tahun 2008 menyebutkan bahwa hampir 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini, Indonesia adalah Negara terbesar ketiga pengguna rokok setelah Cina dan India. Pada tahun 1995-2004, konsumsi rokok di kalangan remaja meningkat 144%. Selain itu, lebih dari 70% anak Indonesia terpapar asap rokok dan menanggung risiko berbagai penyakit akibat asap rokok.
Ada berbagai upaya yang dapat ditempuh untuk mencegah banyaknya individu dari rokok. Upaya tersebut yaitu :
5. Membatasi tayangan iklan rokok
6. Membatasi untuk memberi dana pada kegiatan yang berkaitan dengan anak muda
7. Juga menuntut kenaikan pajak rokok sampai dengan 60% (untuk memperkecil peluang membeli rokok)
8. Meningkatkan penelitian dalam bidang kesehatan
III.2 Saran
Dari masalah mengenai rokok terutama di benua Asia, kami mendapati bahwa dari 10 negara yang memiliki jumlah perokok tertinggi dan kami dapati bahwa ada 4 negara dari 10 negara tersebut yang berada di kawasan benua Asia. Hal ini berarti bahwa jumlah perokok di benua Asia cukup mengkhawatirkan. Ada baiknya jika peraturan mengenai umur pengguna rokok lebih dipertegas. Pajak rokok di setiap negara juga sebaikknya ditingkatkan sehingga harga rokok di pasaran lebih mahal. Hal ini mengakibatkan kurangnya pembelian rokok sehingga pengguna rokok di benua Asia bisa ditekan semaksimal mungkin.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Rokok. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ICD-10 . Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Anonim. 2012. Tips Berhenti Merokok : 16 Fakta Merugikan Tembakau. (online) http://bumbata.com/6050/tips-berhenti-merokok-16-fakta-merugikan-tembakau/#axzz2Ap0wAFVk. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2012.
Aula, Liza Ellizabeth. 2010. Stop Merokok !. Jakarta : Gara Ilmu.
Farmacia. 2012. Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2012Harapan Terakhir di RPP. (online) http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=2572. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Mesiodens. 2010. Kebiasaan Merokok sebagai Penyebab Penyakit Periodontal. (online) http://cpanz-drg.blogspot.com/2010/10/kebiasaan-merokok-sebagai-penyebab.html. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Puskom. 2011. Penanggulangan Kebiasaan Merokok.(online) http://sehatnegeriku.com/penanggulangan-kebiasaan-merokok/. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar