BAB II
PEMBAHASAN
ILMU PENGETAHUAN
A. Konsep Pengetahuan
§ Defenisi pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebab dari pengetahuan dan penelitian ternyata prilakunya yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan ini mampu dikembangkan disebabkan dua hal utama yaitu :
a) Manusia mempunyai bahasa dan jalan fikiran yang melatar belakangi informasi tersebut.
b) Manusia mempunyai kemampuan berfikir menurut suatu alur kerangka tertentu.
Pengetahuan merupakan hasil perkembangan dan pendidikan maka semakin tinggi perkembangan dan pendidikan perawat maka semakin kompleks bahasa yang dipakai dalam proses komunikasi sehingga dapat menjembatani proses komunikasi yang baik antara perawat dan pasiennya (Potter & Perry, 2002)
Menurut Notoadmojo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:
a) Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkat pengetahuan tingkat rendah.
b) Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan cara benar tentang objek yang diketahui yang dapat diimplementasikan materi tersebut secara benar.
c) Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya.
d) Analisis
Analisis atau kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasitersebut dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.
e) Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu komponen untuk menetapkan atau menghubungkan bagian – bagian dalam bentuk keseluruh yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.
f) Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan austifikasi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang ada.
Penelitian tentang pengetahuan yang dilakukan oleh Rogers (1974) yang mengungkapkan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan, dan sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi urutan proses :
a) Adoption, yakni penerapan prilaku sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
b) Awareness (kesadaran) yakni kesadaran terhadp stimulus (objek)
c) Evaluation (evaluasi) perpindahan terhadap baik tidaknya stimulus bagi dirinya.
d) Interest (daya tarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
e) Trial, yakni mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang di kehendaki oleh stimulus.
§ Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah :
a) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan penyelidikan epidemiologinya. Angka – angka kesakitan maupun kematian hamper semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur di laporkan tetap, apakah panjangnya interval didalam pengelompokkan cukup atau tidak.
b) Pendidikan
Mendidik atau pendidik adalah dua hal yang saling berhubungan. Dari segi bahasa mendidik adalah kata kerja, pendidik kata benda. Kalau kita mendidik berarti kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan, kegiatan mendidik menunjukkan adanya yang mendidik disuatu pihak yang dididik adalah suatu kegiatan yang mengandung antara dua manusia atau lebih.
c) Pengalaman
Sudarmita (2002) mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya.
Variable pengetahuan akan diukur dengan menggunakan kuesioner dengan hasil ukur: baik, sedang dan buruk.
B. Pengetahuan Non-Ilmiah (Knowledge)
Pengetahuan non ilmiah adalah serapan indera terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya sehingga tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah.
Contoh Pengetahuan Non Ilmiah :
- Dilarang berdiri di tengah lapangan saat hujan.
- Dilarang berdiri di tengah lapangan saat hujan.
- Dilarang memakai baju berwarna hijau di pantai selatan.
- Dilarang mengunakan payung di dalam rumah.
- Mati suri
- Dukun
- Santet
Pengetahuan non ilmiah masih sulit dibuktikan kebenarannya. Sampai saat ini belum ada metode tertentu yang dapat digunakan untuk mendekati kebenaran pengetahuan non ilmiah namun pada umumnya manusia melakukan pendekatan terhadap suatu hal dengan melalui beberapa cara berikut ini :
1. Akal sehat (common Sense)
Akal sehat adalah merupakan serangkaian konsep dan bagan konsep untuk penggunaan secara praktis dalam memecahkan suatu masalah. Langkah ini sering digunakan orang awam dalam mengatasi suatu persoalan, sehingga walaupun akal sehat sering benar tetapi dapat pula menyesatkan. Akal sehat banyak digunakan oleh orang awam dalam mempersoalkan sesuatu hal.
2. Prasangka
Pencapaian pengetahuan secara akal sehat diwarnai oleh kepentingan orang yang melakukannya . hal yang demikian itu menyebabkan akal sehat mudah beralih menjadi prasangka. Dengan akal sehat orang cenderung mempersempit pengamatannya karena diwarnai oleh pengamatannya itu, dan cenderung mengkambinghitamkan orang lain atau menyokong suatu pendapat.
3. Otoritas ilmiah dan kewibawaan
Otoritas ilmiah adalah orang-orang yang biasanya berpendidikan tinggi dianggap mempunyai keahlian di bidang ilmu tertentu.
Otoritas kewibawaan adalah orang-orang yang dipilih atau dianggap sebagai pemimpin masyarakat, sebab orang itu mempunyai charisma.
Pendapat dari orang atau lembaga ilmiah dari kewibawaan sering dijadikan pegangan yang kebenarannya dianggap mutlak, tanpa dianalar/dikaji terlebih dahulu. Keadaan ini akan berbahaya bila logika sudah berubah menjadi fanatisme.
Otoritas kewibawaan adalah orang-orang yang dipilih atau dianggap sebagai pemimpin masyarakat, sebab orang itu mempunyai charisma.
Pendapat dari orang atau lembaga ilmiah dari kewibawaan sering dijadikan pegangan yang kebenarannya dianggap mutlak, tanpa dianalar/dikaji terlebih dahulu. Keadaan ini akan berbahaya bila logika sudah berubah menjadi fanatisme.
4. Penemuan kebetulan
Penemuan kebetulan dan coba-coba lebih didasarkan atas tindakan yang bersifat untung-untungan. Tetapi waktu merupakan sikap untung-untungan, banyak menghasilkan manfaat. Sepanjang sejarah kehidupan manusia langkah-langkah ini sering dilakukan dan banyak berguna bagi kemanusiaan serta pengembangan ilmu pengetahuan.
5. Pendekatan intuitif (dorongan hati)
Langkah ini didapat melalui proses yang cepat tanpa disadari atau terpikir lebih dahulu. Pencapaian pengetahuan seperti ini sukar dipercaya sebab idak terdapat langkah-langkah yang sistematis dan terkendali. Jadi begitu terlintas dalam pikiran, langsung dilaksanakan tanpa direnungkan tanpa direnungkan terlebih dahulu manfaatnya. Metode yang demikian itu biasa disebut metode apriori. Dalil-dalil seseorang yang apriori cocok dengan penalaran belum tentu cocok dengan pengalaman atau data empiris. Meskipun demikian banyak hasil langkah ini yang berguna.
6. Mitos
Mitos merupakan gabungan dari pengamatan, pengalaman namun sebagaian lainnya berupa dugaan, imajinasi dan kepercayaan. Mitos dapat diterima karena keterbatasan penginderaan, penalaran, dan hasrat ingin tahu yang harus dipenuhi pada manusia, jadi mitos muncul karena keterbatasan alat indera manusia (sebagai alat bantu utama). Contoh mitos adalah cerita-cerita legenda.
7. Wahyu
Wahyu merupakan komunisasi antara sang Pencipta dengan makhluknya dan merupakan substansi pengetahuan yang disampaikan kepada utusannya. Manusia dalam menerima pengetahuan ini bersifat passif, namun dengan keyakinan bahwa semuanya benar. Wahyu merupakan kebenaran mutlak dan tidak dapat dipertanyakan dan diperdebatkan kebenarannya dengan akal pikiran manusia namun dapat dipelajari maksud atau makna yang terkandung didalamnya. Bahkan mempelajari wahyu diwajibkan oleh sang pencipta untuk memperdalam keyakinan kita akan keberadaan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Dengan mempelajari wahyu atau ayat-ayat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa baik yang tersurat (kitab suci agama) maupun yang tersirat (alam semesta beserta segala isinya), merupakan suatu kewajiban, sehingga kelak akan dipertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta.
C. Pengetahuan Ilmiah/Ilmu Pengetahuan (science)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ø Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
Ø Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
Ø Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
Ø Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Ø Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
Ø Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis
Ø Helmy A. Kotto, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, konsisten dan berkesinambungan serta telah teruji kebenarannya dan dapat diandalkan kegunaannya bagi manusia.
Ø Dadang Ahmad S., menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.
Ø Mappadjantji Amien, merumuskan bahwa ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang berawal dari pengetahuan, bersumber dari wahyu, hati dan dan semesta yang memiliki paradigma, obyek pengamatan, metode dan media komunikasi membentuk sains baru dengan tujjuan untuk memahami semesta untuk memanfaatkannya dan menemukenali diri untuk mnggali potensi fitrawi guna mengenal Allah.
Ø Syahruddin Kasim, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pancaran hasil metabolisme ragawi sebagai hidayah sang pencipta yang berasal dari proses interaksi fenomena fitrawi melalui dimensi hati, akal, nafsu yang rasional, empirik dan hakiki dalam menjelaskan hasanah alam semesta denmi untuk menyempurnakan tanggung jawab kekhalifaan.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
2. Fungsi Ilmu Pengetahuan
Fungsi ilmu pengetahuan diataranya yaitu ;
a. Menjelaskan (Explining, Describing)
Fungsi menjelaskan memiliki empat bentuk yaitu :
- Deduktif, suatu ilmu harus mampu menjelaskan sesuatu berdasarkan premis pangkal ilir yang telah ditetapkan sebelumnya
- Probabilistik, ilmu dapt menjelaskan berdasarkan pola pikir induktif dari sejumlah kasus yang jelas, sehingga hanya dapat memberikan kepastian (tidak mutlak) yang bersifat kemungkinan besar atau hampir pasti
- Fungsional, ilmu dapat menjelaskan letak sautu komponen dalam suatu sistem secara keseluruhan
- Genetik, ilmu dapat menjelaskan suatu faktor berdasarkan gejala-gejala yang sudah sering terjadi sbebelumnya, misal sifat turunan suatu varietas tanaman atau penyakit turunan.
b. Meramalkan (Prediction)
Ilmu harus dapat menjelaskan faktor sebab-akibat suatu peristiwa atau kejadian, misalnya apa yang akan terjadi jika harga naik.
c. Mengendalikan (Controlling)
Ilmu harus mampu mengendalikan gejala alam berdasarkan suatu teori, misalnya bagaimana mengendalikan kurs rupiah, harga.
3. Kriteria Ilmu Pengetahuan
a. Logis
Logis atau masuk akal artinya sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan yang diakui kebenarannya.
b. Objektif
Artinya harus sesuai dengan objek yang dikaji dan didukung oleh fakta empiris. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
c. Metode
Pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu yang teratur, dirancang, diamati dan terkontrol. Metode atau metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
d. Sistematis
Berarti bahwa pengetahuan tersebut disusun dalam suatu sistem yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
e. Berlaku untuk umum
Pengetahuan berlaku untuk siapa saja dan dimana saja atau disebut universal, yaitu dengan tata cara dan variabel eksperimentasi yang sama, akan diperoleh hasil yang sama atau konsisten. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
f. Komulatif,berkembang dan tentatif
Khasanah ilmu pengetahuan selalu bertambah dengan hadirnya ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan yang terbukti salah harus diganti dengan pengetahuan yang benar (sifatnya tentatif).
4. Tinjauan Konstruksi Ilmu Pengetahuan
Di antara berbagai prosedur pengembangan ilmu pengetahuan, Soeparmo (1984) menyatakan bahwa sering kali digunakan proses induktif-deduktif dalam suatu hubungan yang saling melengkapi dan terpadu. Proses induksi dimulai dengan fakta-fakta yang teramati. Dari pengamatan ini ditarik kesimpulan-kesimpulan logik, matematika dan intuitif sehingga terbentuk kerangka konsep (verbal). Bilamana kerangka konsep telah berkembang menjadi suatu item proporsisi (himpunan asumsi) tersusunlah suatu teori. Bentuk prinsip-prinsip tersebut termasuk kata-kata dan rumus matematik, yang terorganisasi menurut pola-pola logika deduktif dan aturan-aturan sintaksis.
Kemajuan ilmu pengetahuan melibatkan kombinasi dari :
Ø Perumusan, hipotesis atau “conjecture” secara intuitif, komprehensif dan referensial.
Ø Eksperimentasi dengan seperangkat peralatan dan fasilitas yang memungkinkan gejala yang akan ditinjau (dimodelkan) dapat berlangsung.
Ø Interpretasi melalui kompilasi, seleksi dan memproses data sesuai dengan keperluan metode inferensi yang digunakan dengan melibatkan konsep baru menuju teori baru (proposisi).
Konstruksi atau pembentukan ilmu pengetahuan melalui langkah-langkah Metode Ilmiah (Scientific Method) yang dijabarkan dalam tahapan berikut ini :
Ø Perumusan Masalah
Masalah adalah topik atau obyek yang diteliti dengan batasan yang jelas serta dapat diidentifikasi faktor-faktor yang terkait.
Ø Penyusunan Hipotesis
Hipotesis merupakan argumentasi tentang kemungkinan jawaban sementara tentang masalah yang ditetapkan, disusun berdasarkan pengetahuan atau teori yang ada dan harus diuji kebenarannya dengan observasi atau eksperimentasi.
Ø Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis merupakan usaha pengumpulan fakta yang relevan dengan hipotesis dan diuji apakan fakta tersebut mendukung hipotesis yang diajukan.
Ø Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisis data untuk melihat apakah hipotesis yang diajukan dapat diterima atau tidak. Hipotesis yang diterima merupakan pengetahuan yang kebenarannya teruji secara ilmiah dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan.
5. Unsur-unsur Pembentuk Ilmu Pengetahuan
Keberadaan ilmu pengetahuan terbentuk dari hukum secara khusus dan teori yang lebih general. Baik dalam rumusan hukum maupun teori melibatkan unsur konsep yang merupakan konstruksi mental dalam menginterpretasi hasil observasi. Konsep merupakan simbol-simbol yang membantu untuk mengorganisasikan pengalaman. Hukum adalah korelasi antara dua konsep atau lebih yang dekat kaitannya dengan hal-hal yang terobservasi. Hukum mencerminkan urutan sistematik suatu pengalaman dan berfungsi untuk memberikan pengalaman menurut pola yang beraturan dan dapat dinyatakan dalam bentuk grafik, persamaan atau ekspresi verbal tentang interelasi antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan teori adalah kerangka konsepsi yang teorganisasi menjadi suatu generalisasi yang jauh lebih luas dan komprehensif.
Konsep-konsep yang digunakan dalam teori adalah konstruksi mental yang disusun dari hasil penangkapan (encoding) pertanda alam dan sosial melalui survey atau eksperimentasi. Konsep-konsep ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari bahan mentahnya (data), dan sudah siap untuk masuk ke fase penjelasan tentang fenomena yang sedang ditinjau. Penjelasan tersebut bukan sekedar daftar konsep yang berhasil dirumuskan tetapi merupakan kaitan langsung antara dua atau lebih konsep yang memiliki tingkat keterkaitan. Kualitas teori yang terumuskan kemudian diuji atau dievaluasi keberlakuannya serta kemampuan peramalannya.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi teori diantaranya adalah kesesuaian dengan observasi, konsistensi internal hubungan konsep-konsepnya, serta sifat komprehensif cakupannya. Kriteria pertama adalah hubungan dengan data yang dapat direproduksi dalam masyarakat keilmuan, atau kesesuaiannya dengan pengalaman empiris. Kriteria kedua menyangkut konsistensi dan koherensii. Kedua syarat ini mengkonfirmasikan ketidak-hadiran suatu kontradiksi di antara konsep-konsep yang menyusun teori. Jika ini dipenuhi maka teori tersebut meiliki validitas seperti yang telah diperlihatkan oleh teori-teori lain yang telah lebih dulu lahir. Hasil lain dari pemeriksaan kedua kriteria tersebut adalah tercapainya simplitas (kebersahajaan) teori yang dicirikan oleh jumlah minimal asumsi yang dijadikan dasar penyusunannya. Kelompok kriteria berkenaan dengan sifat komprehensif suatu teori, termasuk generalitasnya, atau kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam. Kebenaran suatu teori adalah tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dalam prosesnya yang dipertimbangkan adalah derajat kesesuaiannya (adekuasi) dengan data yang diketahui dan sifat koherensi dan komperhensifnya dibandingkan teori-teori lain yang tersedia. Semua rumusan teori bersifat tentatif dan tidak kebal untuk direvisi, sebagaimana tujuan utama ilmu pengetahuan adalah pemahaman terus menerus menuju kesempurnaan penjelasan intelektual terhadap fenomena alam dan sosial.
D.SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah dalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu. Beberapa sifat ilmiah yaitu :
Ø Pemberani
Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
Ø Terbuka
Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
Ø Jujur
Ilmuwan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara objektif dan jujur sehingga bila hasil peneelitiannya tersebut diuji kembali oleh peneliti lain akan memberiikan hasil yang sama.
Ø Ingin tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
Ø Kritis
Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan; Tidak merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
Ø Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’ tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
Ø Toleran
Seorang ilmuwan tidak akan merasa dirinya paling hebat, bersedia belajar dari orang lain atau membandingkan pendapatnya dengan yang lain serta tidak pernah memaksakan pendapatnya pada orang lain.
Ø Optimis
Seorang ilmuwan tidak akan meengatakan sesuatu tidak dapat dikerjakan sebelum memikirkan dan mencoba mengerjakannya terlebih dahulu.
Ø Skeptis
Dalam mencari kebenaran, seorang ilmuwan seyogyanya bersikap hati-hati, sedapat mungkin mengedepankan sikap ragu terhadap sesuatu dan skeptis akan tetapi tetap bersikap kritis sehingga akan melakukan tahapan penyelidikan atau memferifikasi atau bahkan melakukan observasi (penelitian) terlebih dahulu terhadap bukti-bukti (informasi) yang akan dipakai untuk mendasari suatu kesimpulan, mengambil keputusan atau melakukan pemecahan dalam menyelesaikan masalah
Ø Kreatif dan inovatif
Selalu ingin mendapatkan, menciptakan, memvariasikan sesuatu yang baru terutama guna mendapatkan nilai tambah bagi dirinya. Setiap saat pola hidupnya selalu dinamis, tidak pasif sehingga berkreasi, berkarya melakukan inovasi-inovasi baru dan melahirkan konsep-konsep pengetahuan terbaru sudah menjadi sikap dan prilaku hidupnya.
Ø Bertanggung Jawab
Seorang ilmuan harus memiliki rasa tanggung jawab baik secara etik maupun moral oleh karena itu ilmu yang dihasilkannya harus diarahkan agar sejalan dengan fungsinya sebagai seorang ilmuan dan atau sebagai khalifah dimuka bumi. Manusia dengan segala kelebihannya dibandingkan dengan makhluk hidup lain, telah diberi amanah mengelola dan memelihara kelangsungan hidup alam semesta ini serta bertanggung jawab mengembangkannya kearah yang lebih baik, bukan sebaliknya sehingga dengan kriterian ini antara manusia dengan makhluk hidup lain dapat dibedakan kemudian derajatnya dimata Tuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan non ilmiah adalah serapan indera terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya sehingga tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah.
Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan (kontruksi) pengetahuan yang terus-menerus sampai dapat menjelaskan fenomena dan keberadaan alam itu sendiri.
Sikap ilmiah dalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Wawasan IPTEKS. 2011. Wawasan Ipteks. UPT MKU Unhas. Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar