Senin, 26 Agustus 2013

Lelaki Pemuas tante Girang

Dua hari kemarin, saya benar-benar lelah, karena saya harus melayani Ci Virra. Siapakah Ci Virra? Ia adalah seorang warga keturunan. Ia seorang wanita karir. Umurnya sekitar 42 tahun. Tubuhnya gemuk dan nafsu seksnya sangat tinggi. Saya benar-benar kewalahan melayaninya. Tapi dia benar-benar kagum dengan kehebatan saya. Ia ketagihan, kapanpun kalau ia sedang horny, ia minta saya harus siap melayaninya.
Saya pasti akan menceritakan bagaimana hubungan saya dengan Ci Virra di lain waktu. Sekarang saya akan melanjutkan kisah saya dengan Mbak Ella. Masih ingat kan?
Seminggu sudah berlalu. Saya benar-benar merindukan Mbak Ella. Setiap hari kalau saya lagi horny, saya cuma bisa beronani dengan membayangkan tubuh seksinya. Entahlah, semenjak usia 12 tahun saya sudah sering beronani, dan yang menjadi fantasi seks saya pasti wanita-wanita dewasa. Saya lebih bergairah bila mengkhayalkan mereka. Dan khayalan itu pertama kali terwujud dengan Mbak Ella. Saya memang memiliki beberapa pacar, tapi tak ada gairah sedikitpun untuk ngeseks dengan mereka. Mungkin saya mengidap penyakit sindroum complex, kalau tidak salah.
Hari itu sekitar pukul 6 sore. Aku sedang di toko, sepi sekali, benar-benar BT. Tiba-tiba HPku berdering.
“Hallo sayang, apa kabar? Kangen ga sama Mbak? Kamu lagi ngapain?”, suara merdu yang sedang kutunggu-tunggu.
“Ah enggak kangen kok. Biasa aja tuh. Mbak lagi dimana?”
“Ih kamu jahat deh. Mbak lagi di Jakarta, di kafe XX. Mbak juga enggak kangen sama kamu, Mbak cuma kangen sama burung kamu. Apa burung kamu gak rindu sama sarangnya? Kesini yah? Mbak tunggu!”
“Ok deh Mbak, nanti saya suruh burung saya terbang kesana.”
Mbak Ella hanya tertawa. Aku pun segera menutup toko lalu bergegas mandi. Aku mambayangkan betapa indahnya malam nanti. Aku akan bertempur habis-habisan dengan Mbak Ella. Membayangkannya saja sudah nikmat, apalagi mencicipinya.
Sebelum jam 8 malam aku telah sampai di kafe itu. Setelah masuk ke dalam dari sudut kafe ada wanita sedang melambaikan tangan. Itulah Mbak Ella, wanita yang kurindukan selama ini. Dia tidak sendiri, disebelahnya ada seorang wanita lagi. Dari raut wajahnya terlihat kalau dia sudah berumur, mungkin hampir 50 tahun. Namun begitu ia terlihat begitu anggun dan berwibawa dengan menggunakan kemeja biru dan rok panjang.
Mbak Ella memperkenalkanku padanya. Ibu Lis namanya. Beliau adalah direktur utama di tempat Mbak Ella bekerja. Pantas saja kalau Mbak Ella terlihat begitu hormat padanya. Setelah lama berbincang-bincang, tiba-tiba saja Mbak Ella pamit pergi.
“Wan, Mbak pergi dulu ya, ada urusan mendadak, kamu tolong temani Ibu Lis ya!” Aku hanya menganggukkan kepala.
Setelah mencium keningku ia langsung pergi. Aku hanya terdiam dan menunduk karena kulihat Ibu Lis memperhatikanku dengan serius.
“Hey, kok diam aja. Jangan takut donk, memangnya Ibu mau menerkam kamu. Kita jalan yuk, cari udara segar.”
Aku hanya tertawa kecil ketika ia mencubit pipiku kemudian menggandeng tanganku keluar dari kafe itu. Selama dua jam kami keliling kota. Ibu Lis menceritakan pengalaman hidupnya, dari bisnis sampai keluarga. Kini ia telah menjanda dengan dua orang anak yang tinggal di luar negeri dan sudah menikah. Menurutnya semua telah diraihnya, kecuali satu, belaian hangat dan kasih sayang dari seorang pria. Suaminya telah meniggalkannya lima tahun yang lalu. Ah seperti yang kuduga akhirnya ia megutarakan maksudnya. Ia ingin malam ini aku mengobati kesepiannya, memuaskan hasrat biologis yang selama ini tersimpan. Ia akan memberikan apa yang kuminta asal aku dapat memuaskannya. Aku hanya mengganggukkan kepala, tak kusangka wanita yang sebelumnya terlihat begitu tegar, angkuh, kini menangis di depanku.
Tepat jam 12 kami check in di sebuah hotel mewah di kawasan kota. Begitu sampai di kamar, tak kusangka bagaikan macan kelaparan ia langsung menerkamku, menjatuhkanku diatas kasur. Dengan kasar ia melepas pakaianku, membuka celanaku, dan langsung memakan kontolku.
“Ah.. ohh pelan-pelan Bu, sakit nih, ohh.. hisap Bu, hisap!”
“Maaf Wan, ahh Ibu sudah lama gak ngemut barang yang enak ini. Kontolmu gede, panjang lagi, ohh beruntung sekali istri kamu nanti. Ehmm enak Wan.”
Ibu Lis memang hebat memanjakan kontolku. Baru sepuluh menit, sudah kurasakan lahar panas akan keluar. Kutekan kepalanya kedalam ketika pejuku keluar dan langsung masuk ke dalam mulutnya. Ia meminum seluruhnya, lalu membersihkan kontolku dengan lidahnya.
“Ahh enak Wan. Peju kamu nikmat sekali. Nanti kasih Ibu lagi ya?”
Kemudian ia berdiri dan melepaskan seluruh pakaiannya. Wow hebat juga, walaupun usianya hampir setengah abad, terlihat payudaranya yang besar hanya sedikit mengendur, kulit tubuhnya pun masih kencang, bulu-bulu kemaluannya juga terlihat rapi. Sepertinya ia merawat tubuhnya dengan baik.
Aku langsung menarik tangannya, kurebahkan ia, kuciumi senti demi senti tubuhnya. Kulumat vaginanya, kusedot, hisap, kadang kumainkan lidahku di itilnya. Sementara kedua tanganku memijat halus payudaranya. Belum sampai lima menit, ia menekan-nekan kepalaku, ia hendak orgasme, kutekan pangkal pahanya keras-keras. Ahh keluarlah cairan kenikmatannya, ia mengerang keras, kemudian kusedot habis cairan itu dan kubersihkan memeknya dengan lidahku.
Aku kemudian bangkit dan pergi ke kamar mandi. Entah kenapa, diruangan ber-AC itu badanku terasa panas, mugkin karena lelah berkeliling kota tadi. Aku pun mandi, kupikir sekalian memberi waktu bagi Ibu Lis untuk istirahat sebentar. Begitu keluar dari kamar mandi, kulihat tubuh mulus terpampang di depanku. Gairahku bangkit lagi, kudekati ia. Alamak, ternyata ia sudah tertidur, mungkin ia benar-benar lelah, tak tega hatiku untuk membangunkannya. Aku berpikir keras, gairahku makin memuncak. Akhirnya aku teringat Mbak Ella, aku menelponnya dan kuceritakan kejadiannya.
Ternyata ia sedang berada di sebuah apartemen di Jl.Gotot Subroto. Aku segera berpakaian dan meluncur kesana. Setengah jam kemudian aku sudah sampai disana. Aku benar-benar sudah tak tahan, ingin segera kulumat habis setiap jengkal tubuh mulus Mbak Ella.
Kuketuk perlahan kamar nomor 634. Terdengar langkah orang mendekat. Pintu pun dibuka, di depanku berdiri seorang wanita bertubuh gemuk berumur kira-kira 40 tahun. Ia hanya mengenakan daster tipis, dibalik dasternya itu terlihat kedua payudaranya, sangat besar tapi sudah kendur.
Aku dipersilahkan masuk. Ketika berjalan kedua belah pantatnya juga terlihat jelas, besar sekali.Sampai di dalam kulihat seorang wanita lagi kira-kira berumur sama sedang tidur telanjang di kasur.Ya ampun, ia tengah memainkan memeknya dengan tangan kanannya. Kedua jarinya disodok-sodok ke dalam lubang memeknya. Sementara tangan kirinya memeras kencang payudaranya sendiri.
Aku begitu terkesima melihatnya. Tiba-tiba saja wanita bertubuh gemuk yang tadi langsung mendorongku dan menjatuhkanku ke atas kasur. Ternyata ia sudah telanjang bulat. Sedikit ngeri dan takut, tapi juga lucu melihat tubuh gemuk telanjang di depanku. Lucu sekali, kedua pahanya begitu lebar, sampai-sampai memeknya tidak terlihat.
Wanita gemuk itu menindihku. Kemudian membuka paksa baju dan celanaku. Setelah telanjang, dengan rakus ia menciumi seluruh tubuhku. Ia memijat halus kontolku. Ah nikmat sekali pijatannya. Dengan cepat kontolku menegang keras. Ia pun langsung menelan habis, terkadang mengulum, menyedot, dan mengocok-ngocok kontolku.
Sepuluh menit kemudian ia bangkit dan mengangkangiku. Perlahan-lahan kontolku dibimbing masuk ke memeknya. Setelah masuk, ia diam saja, hanya matanya terpejam menikmati sesuatu barang yang besar memenuhi lubang kenikmatannya. Kemudian ia mulai memainkan pantatnya, turun naik perlahan, terkadang pinggulnya digoyang-goyang.
Tiba-tiba saja wanita kurus disampingku bangkit, dan langsung mengangkangiku diatas. Memeknya tepat berada di depan mukaku. Ia menunjuk kearah memeknya. Tanpa dikomando, aku langsung melumat memek yang ternyata sudah basah itu. Kusedot habis, sementara kedua tanganku meremas-remas payudaranya.
Badanku terasa remuk ditindih oleh dua orang wanita. Beberapa menit kemudian wanita gemuk itu mengerang hebat, kedua tangannya mencengkram keras badanku. Ia mendapatkan orgasmenya yang pertama. Bersamaan dengan itu laharku juga meletus di rongga rahimnya. Ah nikmat sekali. Ini yang kutunggu-tunggu karena tadi sempat tertunda.
Mulutku masih memainkan memek wanita kurus diatasku. Semenit kemudian ia juga mengerang keras sambil menjambak rambutku. Keluarlah cairan kenitmatannya, dan langsung kusedot habis, kubersihkan memeknya dengan lidahku. Kemudian ia berbaring disebelah kiriku, sementara wanita gemuk itu berbaring di sebelah kananku.
Kemudian aku bangkit dan berjalan menuju dapur. Haus sekali rasanya setelah bertempur tadi. Yah baru pertama kali aku melawan dua wanita sekaligus. Aku duduk di kursi dapur, meminum segelas jus jeruk dingin. Lama aku terdiam membayangkan kejadian tadi. Sampai tiba-tiba gairahku bangkit lagi. Aku segera bergegas kembali ke ranjang. Ternyata kedua wanita itu sudah tertidur pulas. Aku bingung harus memilih yang mana.
Akhirnya kuhampiri wanita yang bertubuh kurus karena belum kurasakan kehangatan memeknya dan ia pun belum mencoba kehebatan kontolku. Kusibakkan kedua pahanya. Terlihat memeknya sudah kering, kubasahi dengan air liurku. Perlahan tapi pasti, kuhujamkan batang kejantananku. Ia terbangun dan merintih, kemudian hanya tersenyum kecil dan memejamkan matanya lagi. Kubiarkan sebentar kontolku di dalam. Aku ingin merasakan kehangatan memeknya. Perlahan-lahan kumaju-mundurkan pantatku, sambil sesekali menggoyangkan pinggulku.
“Ahh.. ohh. Terus Mas, enak Mas, ohh.. ohh. nikmat sekali. Ayo Mas, sekalian cobain susuku donk!”
Sesuai perintahnya, segera kusedot payudara kirinya, sementara tanganku memelintir puting payudara kanannya. Ia mengerang kecil ketika kugigit putingnya. Pinggulku tetap menggenjotnya. Semakin lama semakin kupercepat ketika aku tahu ia akan orgasme. Bibir memeknya terasa menjepit keras kontolku ketika ia orgasme. Kuperlambat genjotanku, kemudian kucabut kontolku. Ia berbaring lemas.
Kulirik wanita gemuk disampingku. Ternyata ia telah terbangun dan sedang memainkan memeknya dengan tangannya. Rupanya dari tadi ia melihat permainanku dengan wanita yang kurus. Ia menatapku dan menunjuk-nunjuk memeknya.
“Ayo Mas, masukin dong, aku sudah gak tahan nich. Memekku sudah gatel lagi kepengin ngerasain kontol Mas yang gede.”
“Sabar sayang, enak yah kontolku ini, kepingin lagi yah?”
“Ayo dong Mas, jangan bercanda ah.”
Kontolku masih meneras dan tegang. Segera kuhujamkan ke liang kenikmatan wanita gemuk itu. Ternyata ia memang lebih pintar dari wanita yang kurus. Sambil kugenjot, ia memainkan sendiri pinggulnya memutar berlawanan dengan pinggulku.
Tiba-tiba ia mengangkat kedua kakinya dan disenderkan di pundakku. Aku pun duduk mengangkang, namun kontolku tetap menancap di lubang memeknya. Ah pintar sekali ia memilih gaya. Secara perlahan aku mulai menggenjot lagi.
Wanita yang kurus tiba-tiba bangkit dan langsung melumat payudara wanita yang gemuk. Pandai juga ia memainkan payudara itu satu persatu. Aku senang karena ada yang membantuku agar wanita gemuk ini cepat mencapai klimaks. Yah saat itu memang kurasakan laharku akan keluar, sementara wanita gemuk ini masih asyik menggoyang-goyang pinggulnya.
Kemudian kepalaku dicengkram keras oleh kedua kaki wanita yang gemuk. Ah rupanya ia akan orgasme. Kedua tangannya menjambak keras rambut wanita yang kurus.
“Ayo Mas, goyang yang kencang, ayo cepat, ohh.. ohh.. aahh”
“SAya juga sayang, dikeluarin di dalam aja yah, biar lebih enak.”
“Tersserraahh kammuu.. ahh.”
Ia mengerang hebat. Sampai-sampai wanita yang kurus berteriak juga menahan sakit sambil memegang rambutnya yang dijambak. Kepalaku juga sakit oleh jepitan kedua kakinya.
Aku segera mencabut kontolku. Laharku belum keluar. Segera kutarik kepala wanita yang bertubuh kurus. Kupaksa ia untuk mengoralku. Ternyata pintar juga ia memakan kontolku. Semenit kemudian meletuslah laharku di dalam mulutnya. Ia langsung meminum habis sampai bersih. Aku langsung terlentang lemas sampai akhirnya tertidur.
Aku baru terbangun kira-kira jam 8 pagi. Benar-benar lemas badanku ini, serasa mau copot tulang-tulangku. Aku segera berpakaian dan menuju dapur karena kudengar suara kedua wanita itu sedang bercakap-cakap.
“Selamat pagi sayang, cape yah. Ini Tante sudah buatkan susu dan nasi goreng untuk kamu.”, Wanita yang gemuk ini menggandeng tanganku untuk duduk.
“Perkenalkan nama saya Erna, panggil saja Tante Erna. Nah, yang ini Tante Dian. Kami berdua adalah teman bisnisnya Ella.”
Ya ampun, aku baru teringat kalau tujuanku kesini unuk bertemu dengan Mbak Ella. Karena nafsuku yang tertahan semalam aku jadi lupa.
Kami pun sarapan bersama. Tante Erna menceritakan kalau mereka suka berjudi, siapa yang menang harus menghadiahkan seorang gigolo sebagai pembayaran pajak kepada yang kalah. Mungkin maksudnya agar yang kalah tidak terlalu emosi karena kekalahannya. Dan semalam Mbak Ella telah menang besar, dan menjadikanku sebagai pajaknya. Selain mereka bertiga sebenarnya masih ada dua orang lagi, namun tidak bisa datang. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika kedua orang itu datang, berarti aku harus bertempur habis-habisan dengan empat orang. Wah mana tahan.
Tepat pukul 10 aku pamit pulang. Mereka mengucapkan banyak terima kasih. Mereka benar-benar puas dengan pelayananku semalam. Mereka memberiku uang dalam sebuah amplop. Aku menolaknya, karena dipaksa aku menerimanya juga.
Ingin rasanya cepat tiba di rumah, badanku benar-benar remuk, aku ingin segera dipijat oleh Bik Inah pembantuku. Di perjalanan kubuka amplop itu. Wow isinya satu juta rupiah. Kupikir tak sia-sia perjuanganku semalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar